1. Abdul Haris Nasution
Jenderal Besar TNI Purn. Abdul Haris Nasution (lahir
di Kotanopan, Sumatera Utara, 3 Desember 1918 – meninggal di Jakarta, 6
September 2000 pada umur 81 tahun) adalah seorang pahlawan nasional
Indonesia yang merupakan salah satu tokoh yang menjadi sasaran dalam
peristiwa Gerakan 30 September, namun yang menjadi korban adalah
putrinya Ade Irma Suryani Nasution.
2. Abdul Qahhar Mudzakkar
Abdul Kahar Muzakkar (ada pula yang menuliskannya dengan nama Abdul Qahhar Mudzakkar; lahir di Lanipa, Kabupaten Luwu, 24 Maret 1921 – meninggal 3 Februari 1965 pada umur 43 tahun; nama kecilnya Ladomeng)
adalah seorang figur karismatik dan legendaris dari tanah Luwu, yang
merupakan pendiri Tentara Islam Indonesia di Sulawesi. Ia adalah seorang
prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang terakhir berpangkat
Letnan Kolonel atau Overste pada masa itu.
Ia tidak menyetujui kebijaksanaan pemerintahan presiden Soekarno pada
masanya, sehingga balik menentang pemerintah pusat dengan mengangkat
senjata. Ia dinyatakan pemerintah pusat sebagai pembangkan dan
pemberontak.
Pada awal tahun 1950-an ia memimpin para bekas gerilyawan Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tenggara mendirikan TII (Tentara Islam Indonesia)
kemudian bergabung dengan Darul Islam (DI), hingga di kemudian hari
dikenal dengan nama DI/TII di Sulawesi Selatan dan Tenggara.
Pada tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas, ia dinyatakan
tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan
Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak
pernah diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas pengikutnya
mempertanyakan kebenaran berita kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya
dikuburkan di Kilometer 1 jalan raya Kendari.
3. Abdurrahman Wahid
Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur
(lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 – meninggal di Jakarta,
30 Desember 2009 pada umur 69 tahun) adalah tokoh Muslim Indonesia dan
pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia yang keempat dari tahun
1999 hingga 2001. Ia menggantikan Presiden B. J. Habibie setelah
dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya
dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Abdurrahman
Wahid dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR
pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001, kepemimpinannya digantikan oleh
Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh MPR. Abdurrahman
Wahid adalah mantan ketua Tanfidziyah (badan eksekutif) Nahdlatul Ulama dan pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
4. Adam Malik
Adam Malik Batubara (lahir di Pematangsiantar,
Sumatera Utara, 22 Juli 1917 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 5
September 1984 pada umur 67 tahun) adalah mantan Menteri Indonesia pada
beberapa Departemen, antara lain beliau pernah menjabat menjadi Menteri
Luar Negeri. Ia juga pernah menjadi Wakil Presiden Indonesia yang
ketiga.
5. Adnan Buyung Nasution
Adnan Buyung Nasution atau Adnan Bahrum Nasution
(lahir di Batavia (kini Jakarta), 20 Juli 1934; umur 76 tahun) adalah
salah seorang pengacara senior di Indonesia. Selain itu beliau juga
merupakan aktivis sejak masa mudanya sampai sekarang. Salah satu
organisasi yang didirikannya adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH).
6. Affandi
Affandi Koesoema (Cirebon, Jawa Barat, 1907 – 23 Mei
1990) adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis
Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia
internasional, berkat gaya ekspresionisnya yang khas. Pada tahun 1950-an
ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan
Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih
dari dua ribu lukisan.
7. Agus Salim
Haji Agus Salim (lahir dengan nama Mashudul Haq
(berarti “pembela kebenaran”); lahir di Koto Gadang, Agam, Sumatera
Barat, Hindia Belanda, 8 Oktober 1884 – meninggal di Jakarta, Indonesia,
4 November 1954 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan
Indonesia.
8. Achmad Bakrie
Achmad Bakrie (lahir di Kalianda, Lampung, 11 Juni
1916 – meninggal di Tokyo, Jepang, 15 Februari 1988 pada umur 71 tahun)
adalah seorang pengusaha Indonesia.
Setelah tamat dari Hollandsche Inlandsche School (HIS), Atuk
demikian panggilan akrab Achmad Bakrie langsung bekerja sebagai penjaja
keliling di NV Van Gorkom, sebuah perusahaan dagang Belanda (1938).
Meski hanya dua tahun di perusahaan tersebut, Achmad banyak mendapatkan
pengalaman tentang organisasi modern. Setahun setelah menyelesaikan
sekolah dagang Handelsinstituut Schoevers tahun 1940, Achmad
membuka CV Bakrie & Brothers di Telukbetung. Perusahaannya berdagang
karet, lada dan kopi. Di zaman pendudukan Jepang, perusahaannya sempat
berganti nama menjadi Jasumi Shokai. Dalam perkembangannya, Bakrie &
Brothers juga merambah industri pabrik pipa baja dan pabrik kawat. Di
akhir 1950-an, Achmad mendirikan pabrik pengolahan karet mentah.
9. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1
Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54
tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera
keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar
adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri
dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada masa itu.
10. Ali Moertopo
Letnan Jenderal (purn.) Ali Moertopo, atau dieja sering pula dieja Ali Murtopo
(Blora, Jawa Tengah, 23 September 1924 – 15 Mei 1984), adalah pemikir,
tokoh intelijen, dan politikus yang berperan penting terutama pada masa
Orde Baru di Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan
Indonesia (1978 – 1983) serta Deputi Kepala (1969 – 1974) dan Wakil
Kepala (1974 – 1978) Badan Koordinasi Intelijen Negara.
11. Ali Sadikin
Ali Sadikin (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli
1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 80 tahun) adalah
seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang
ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun
1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan
Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator
Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan
Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno.
Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai
rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan
panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.